Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Hari Widodo untuk berkarya. Warga Kelurahan Ngegong, Manguharjo, tersebut mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari kerajinan wayang karton. Pun, sejumlah warga luar daerah kepincut dengan hasil kreasinya itu.
———-
DENGAN hati-hati Hari Widodo memotong kertas karton yang sudah tergambar pola salah satu tokoh punakawan. Kemudian, setiap detailnya dipahat menggunakan peralatan sederhana. Setelah itu, diberi warna dasar putih dengan cat khusus.
Setelah cat mengering, Hari memoles bagian-bagian wayang tersebut dengan warna menyesuaikan karakternya. ‘’Sejak SMA saya mulai bikin kerajinan wayang. Belajar secara otodidak,’’ ujar warga Jalan Adas Pulowaras, Kelurahan Ngegong, Manguharjo, itu.
Namun, baru beberapa tahun lalu Hari mengkomersialkan produk kerajinan wayang hasil kreasinya. Sepanjang 1994 hingga 2013 dia merantau di Surabaya. Di kota itu Hari membuka usaha salon. ‘’Tahun 2014 saya memutuskan kembali ke Kota Madiun dan membuka salon di sini,’’ ungkapnya.
Wayang hasil kreasi Hari menyasar segmen warga pedesaan. Pun, dia rutin membuka lapak di pasar tradisional. ‘’Seringnya di Pasar Barat. Alhamdulillah, dari situ orang mulai mengenal wayang buatan saya,’’ tutur pria penyandang disabilitas itu.
Untuk membuat satu buah wayang, Hari membutuhkan waktu minimal satu hari. Tergantung ukuran dan jenis wayangnya. Pun, belakangan dia berinovasi membuat wayang dengan kostum kain perca. ‘’Kendalanya sejauh ini hanya di alat. Saya masih pakai pahat kayu,’’ sebutnya.
Selain membuka lapak di pasar, Hari memanfaatkan media sosial untuk memasarkan wayang buatannya. Hasilnya, sejumlah warga luar daerah pun tertarik membeli. ‘’Harganya mulai Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu,’’ ujarnya. (mg4/isd)