Terkena PHK tidak membuat Nunuk Pudjiastuti menyerah begitu saja. Warga Kelurahan/Kecamatan Taman, itu berinisiatif menekuni usaha sepatu sandal. Berkat ketekunannya, kini Nunuk telah banyak reseller yang tersebar di beberapa daerah.
———-
SIANG itu, Nunuk Pudjiastuti bersama sang suami tampak sedang sibuk beraktivitas di rumah. Keduanya tengah membuat alas sepatu sandal perempuan. Nunuk bertugas membuat cetakan. Sementara, suaminya kebagian memotong setiap pola hasil cetakan Nunuk.
Tak jauh dari tempat keduanya beraktivitas terlihat tumpukan karung goni, lembaran kulit, kain, dan busa. Sementara, di sudut lainnnya tampak beberapa pasang sepatu sandal terpajang di etalase. ‘’Sebelumnya saya kerja di pabrik sandal selama 14 tahun,’’ ujar Nunuk.
Ya, sebelum menekuni kerajinan rumahan, Nunuk merupakan ‘’alumnus’’ sebuah perusahaan sepatu di Pasuruan. Pandemi korona yang mengakibatkan pabriknya kolaps membuat perempuan itu terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). ‘’Akhirnya saya pulang kampung ke Kota Madiun dan buka usaha sendiri,’’ ungkapnya.
Awalnya, Nunuk hanya membuat beberapa model dengan brand sendiri. Belakangan dia coba memasarkannya secara offline maupun online melalui media sosial. ‘’Produk saya ini pakai lem khusus yang saya order dari Mojokerto,’’ sebut warga Jalan Semangka, Kelurahan/Kecamatan Taman, itu.
Kini, dalam sebulan Nunuk bisa menghasilkan 40 hingga 50 pasang sepatu sandal perempuan. Pun, sudah memiliki reseller yang tersebar di beberapa daerah seperti Mojokerto, Surabaya, Malang, Bali, dan Jakarta. ‘’Ke depan, saya ingin mengembangkan produk sepatu dan sandal pria,’’ ujarnya. ‘’Sempat juga dapat tawarkan dari pemilik toko di Bali untuk menyuplai sepatu,’’ imbuhnya. (mg4/isd)