29.9 C
Madiun
Sunday, May 28, 2023

Tas Anyaman Tali Jali Buatan Mutya Laris hingga Sulawesi

Mutya terbilang perempuan yang enggan berdiam diri. Sejak menikah, warga Desa Ngadirejo, Wonoasri, itu menekuni aneka kerajinan sebelum akhirnya memantapkan diri memproduksi tas anyaman tali jali. Kini, dalam sepekan dia mampu menjual sedikitnya tujuh tas.

———-

TANGAN Mutya tampak lincah menganyam tali jali mengikuti pola yang ada. Tak butuh waktu lama, sebuah tas pun mulai terlihat wujudnya. Sesekali hasil anyaman didekatkan ke wajahnya untuk memastikan hasilnya benar-benar telah rapi.

Beberapa menit berselang, proses pengerjaan memasuki tahap finishing hingga akhirnya menjadi sebuah tas perempuan yang cantik. ‘’Bikinnya tidak sulit, kok. Kalau sudah ada polanya, pengerjaan pasti lebih mudah,’’ ujar warga Desa Ngadirejo, Wonoasri, itu.

Mutya menjadi perajin kraft sejak 2017 silam. Berbagai material sempat dia olah menjadi kerajinan. Mulai flanel, pelepah pisang, sabun mandi, hingga stoking. Lalu, pada 2021 Mutya tertarik mencoba membuat tas anyaman. ‘’Sebelum ikut pelatihan, saya sudah pernah coba bikin. Tapi, hasilnya kurang bagus karena bahannya terlalu keras,’’ kenangnya.

Baca Juga :  Artis Nava Kartini, Sang Peraih Runner-Up Duta Muslimah Preneur 2023

Selain mengasah kemampuannya membuat tas anyaman, Mutya juga mulai merambah pemasaran online melalui berbagai platform media sosial maupun marketplace. Kini, dalam sehari dia mampu menghasilkan 5-10 tas anyaman. ‘’Seminggu rata-rata laku 7-10 tas,’’ ujarnya.

Berkat rajin memposting produknya di media sosial, kini tas ayaman buatan Mutya telah merambah berbagai daerah seperti Bojonegoro, Semarang, Riau, Kalimantan, dan Sulawesi. Harganya dibanderol mulai Rp 50 ribu, menyesuaikan motif dan ukuran. ‘’Saya juga aktif ikut pameran melalui asosiasi UMKM desa,’’ ujarnya. (mg3isd)

Mutya terbilang perempuan yang enggan berdiam diri. Sejak menikah, warga Desa Ngadirejo, Wonoasri, itu menekuni aneka kerajinan sebelum akhirnya memantapkan diri memproduksi tas anyaman tali jali. Kini, dalam sepekan dia mampu menjual sedikitnya tujuh tas.

———-

TANGAN Mutya tampak lincah menganyam tali jali mengikuti pola yang ada. Tak butuh waktu lama, sebuah tas pun mulai terlihat wujudnya. Sesekali hasil anyaman didekatkan ke wajahnya untuk memastikan hasilnya benar-benar telah rapi.

Beberapa menit berselang, proses pengerjaan memasuki tahap finishing hingga akhirnya menjadi sebuah tas perempuan yang cantik. ‘’Bikinnya tidak sulit, kok. Kalau sudah ada polanya, pengerjaan pasti lebih mudah,’’ ujar warga Desa Ngadirejo, Wonoasri, itu.

Mutya menjadi perajin kraft sejak 2017 silam. Berbagai material sempat dia olah menjadi kerajinan. Mulai flanel, pelepah pisang, sabun mandi, hingga stoking. Lalu, pada 2021 Mutya tertarik mencoba membuat tas anyaman. ‘’Sebelum ikut pelatihan, saya sudah pernah coba bikin. Tapi, hasilnya kurang bagus karena bahannya terlalu keras,’’ kenangnya.

Baca Juga :  Mochamad Zaenuri Olah Rempah-Rempah Jadi Minuman Herbal

Selain mengasah kemampuannya membuat tas anyaman, Mutya juga mulai merambah pemasaran online melalui berbagai platform media sosial maupun marketplace. Kini, dalam sehari dia mampu menghasilkan 5-10 tas anyaman. ‘’Seminggu rata-rata laku 7-10 tas,’’ ujarnya.

Berkat rajin memposting produknya di media sosial, kini tas ayaman buatan Mutya telah merambah berbagai daerah seperti Bojonegoro, Semarang, Riau, Kalimantan, dan Sulawesi. Harganya dibanderol mulai Rp 50 ribu, menyesuaikan motif dan ukuran. ‘’Saya juga aktif ikut pameran melalui asosiasi UMKM desa,’’ ujarnya. (mg3isd)

Most Read

Artikel Terbaru