23.7 C
Madiun
Friday, March 24, 2023

Kelonggaran Idul Fitri di Tengah Pandemi

DUA tahun kita dibelenggu Covid-19 yang awalnya dari Tiongkok. Dunia dibuat kelabakan. Korban berjatuhan. Kita jadi saksi, betapa paniknya menghadapi pandemi. Berbagai upaya dilakukan. Kota, bahkan negara, di-lockdown. Itu salah satu cara pemerintah dalam melindungi warganya.

Sekarang semua negara mulai melonggarkan aktivitas warganya. Tak terkecuali Indonesia. Di saat kasus Covid-19 mereda, vaksinasi sudah mencapai titik yang mana secara teoretis terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Pada Idul Fitri tahun ini, pemerintah memperbolehkan masyarakat mudik. Syaratnya, vaksin dua kali dan booster satu kali. Juga menaati protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

Prediksi antusiasme tinggi masyarakat untuk mudik terbukti. Kendaraan dari Jabodetabek memenuhi jalan raya dan tol. Dua hari setelah Lebaran masih terjadi kemacetan luar biasa di tol arah Cikampek. Tentu ini sangat mengherankan. Padahal, biasanya arus balik dimulai sejak dua hari setelah Lebaran.

Di daerah, kendaraan dari luar kota sudah banyak berseliweran sejak tiga hari sebelum Lebaran. Termasuk di Magetan. Bahu jalan penuh sesak oleh mobil parkir. Tak hanya pelat nomor Jawa. Beberapa bahkan dari luar Jawa.

Alun-alun penuh pengunjung sejak sepekan sebelum hari raya. Saya mencoba bertanya kepada mereka yang ngabuburit di alun-alun. Kebanyakan dari Jabodetabek. Juga kota besar lain di Jawa. Namun, ada juga yang dari Sumatera dan Kalimantan.

Saya ikut senang melihat banyaknya pengunjung di alun-alun. Tua-muda asyik bercengkerama. Sementara anak-anak berlarian di rumput yang menghijau. Tidak ada perasaan khawatir bila terjatuh dan terluka.

Sejak awal saya sudah mengingatkan petugas kebersihan untuk bekerja seperti biasa. Bahkan, jumlahnya ditambah. Mengingat jumlah pengunjung pasti naik. Tempat sampah juga ditambah. Diletakkan di tempat-tempat yang tepat, tapi tidak mengganggu keindahan.

Pengeras suara sesekali mengingatkan pengunjung. Supaya tertib prokes, membuang sampah pada tempatnya, juga untuk tidak merusak tanaman. Kendaraan diimbau diparkir di tempat yang disediakan.

Yang berjualan dipastikan taat ketentuan. Pedagang makanan di alun-alun dilarang menggunakan bahan kimia seperti pengawet, pewarna, pengenyal, pemanis, dan semacamnya. Dinas kesehatan secara rutin melakukan pengawasan dan pembinaan.

Menurut pantauan saya, kesadaran pengunjung alun-alun Magetan mulai meningkat dalam menjaga kebersihan. Sebagai test case, saat salat Idul Fitri, para pengunjung dengan kesadaran sendiri membawa kembali alas yang dipakai. Sampah tidak sebanyak seperti sebelumnya.

Pedestrian Pasar Baru dan alun-alun mulai ramai digunakan pejalan kaki. Dengan wajah barunya, Pasar Baru mulai menarik pengunjung. Jembatan Kali Gandong yang dulunya seram dan gelap kini terang. Lampu hias sengaja dipasang agar ramah bagi pejalan kaki. Banyak trotoar telah diperbaiki untuk para pejalan kaki.

Baca Juga :  Tiga Golongan Manusia di Akhirat

Konsep integrasi Pasar Baru dan alun-alun mulai terlihat. Pemkab berencana menambah jembatan gantung yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Juga akan dibangun sentra kuliner yang lebih representatif.

Sarangan yang menjadi ikon Magetan dipadati pengunjung. Bahkan, di hari raya, setelah salat Idul Fitri, ada sekitar 8 ribu pengunjung. Besoknya sekitar 10 ribu pengunjung. Di hari ketiga tembus 15 ribu pengunjung. Sistem buka tutup terpaksa dilakukan guna menjaga kenyamanan pengunjung dan menertibkan prokes.

Pelaku usaha wisata juga mendapat berkah. Jumlah perahu di telaga ada 53. Satu perahu bisa membawa penumpang berkeliling sebanyak 15 kali dalam sehari. Demikian pula jasa penyewaan kuda yang jumlahnya ada 61 ekor. Rata-rata bisa membawa wisatawan berkeliling sebanyak 10 kali sehari. Belum penjual sate kelinci, warung, hotel, dan yang lain. Saya sudah mengingatkan agar semua pelaku usaha wisata menjadi tuan rumah yang baik.

Sentra produk kulit di Jalan Sawo juga dipadati pengunjung. Tempat-tempat kuliner yang khas tidak ada yang sepi. Semua pemudik rindu kampung halaman. Rindu orang tua, sanak keluarga, teman-teman, juga kulinernya. Di hari raya ini, semua orang mengganti status di media sosialnya.

Semua tempat menjadi ramai. Bahkan, pasar tradisional yang biasanya relatif sepi mulai dipadati pengunjung. Konsekuensinya, permintaan naik. Sesuai hukum ekonomi, bila stok barang tetap sedangkan permintaan naik, maka harga ikut naik. Namun, terpantau masih sangat wajar.

Indikator lain dari banyaknya pemudik di Magetan adalah kenaikan konsumsi air PDAM. Dimulai sepekan sebelum Lebaran. Di hari raya, beberapa orang mengeluhkan aliran air dari PDAM mulai berkurang. Bahkan, di beberapa tempat sampai mati. Setelah ditelusuri direksi PDAM, salah satunya karena peningkatan konsumsi air yang luar biasa. Banyak rumah tangga yang kemudian memenuhi tandon air karena kebutuhan air mereka meningkat.

Sebagai tuan rumah tujuan mudik, kami berusaha maksimal mempersiapkan segala sesuatunya. Agar yang terekam adalah kenangan indah di kampung halaman. Karena kita sadar bahwa perjuangan untuk mudik tidaklah ringan. Sudah menunggu dua tahun, di perjalanan pun harus kena macet luar biasa. Tentu semua berharap kesulitan-kesulitan itu bisa terhapus dengan kebahagiaan. Semua tergambar dari foto dan rekaman yang diunggah di media sosial masing-masing.

Kalimat di warung padang ‘’bila Anda puas beri tahu teman, jika Anda tidak puas beri tahu kami” tepat disampaikan kepada pemudik. Mereka telah ikut membantu membangkitkan ekonomi daerah. Sepantasnya mendapat pelayanan yang baik. Kepada seluruh warga Magetan, tak lupa saya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin. ***(naz/c1)

DUA tahun kita dibelenggu Covid-19 yang awalnya dari Tiongkok. Dunia dibuat kelabakan. Korban berjatuhan. Kita jadi saksi, betapa paniknya menghadapi pandemi. Berbagai upaya dilakukan. Kota, bahkan negara, di-lockdown. Itu salah satu cara pemerintah dalam melindungi warganya.

Sekarang semua negara mulai melonggarkan aktivitas warganya. Tak terkecuali Indonesia. Di saat kasus Covid-19 mereda, vaksinasi sudah mencapai titik yang mana secara teoretis terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Pada Idul Fitri tahun ini, pemerintah memperbolehkan masyarakat mudik. Syaratnya, vaksin dua kali dan booster satu kali. Juga menaati protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

Prediksi antusiasme tinggi masyarakat untuk mudik terbukti. Kendaraan dari Jabodetabek memenuhi jalan raya dan tol. Dua hari setelah Lebaran masih terjadi kemacetan luar biasa di tol arah Cikampek. Tentu ini sangat mengherankan. Padahal, biasanya arus balik dimulai sejak dua hari setelah Lebaran.

Di daerah, kendaraan dari luar kota sudah banyak berseliweran sejak tiga hari sebelum Lebaran. Termasuk di Magetan. Bahu jalan penuh sesak oleh mobil parkir. Tak hanya pelat nomor Jawa. Beberapa bahkan dari luar Jawa.

Alun-alun penuh pengunjung sejak sepekan sebelum hari raya. Saya mencoba bertanya kepada mereka yang ngabuburit di alun-alun. Kebanyakan dari Jabodetabek. Juga kota besar lain di Jawa. Namun, ada juga yang dari Sumatera dan Kalimantan.

Saya ikut senang melihat banyaknya pengunjung di alun-alun. Tua-muda asyik bercengkerama. Sementara anak-anak berlarian di rumput yang menghijau. Tidak ada perasaan khawatir bila terjatuh dan terluka.

Sejak awal saya sudah mengingatkan petugas kebersihan untuk bekerja seperti biasa. Bahkan, jumlahnya ditambah. Mengingat jumlah pengunjung pasti naik. Tempat sampah juga ditambah. Diletakkan di tempat-tempat yang tepat, tapi tidak mengganggu keindahan.

Pengeras suara sesekali mengingatkan pengunjung. Supaya tertib prokes, membuang sampah pada tempatnya, juga untuk tidak merusak tanaman. Kendaraan diimbau diparkir di tempat yang disediakan.

Yang berjualan dipastikan taat ketentuan. Pedagang makanan di alun-alun dilarang menggunakan bahan kimia seperti pengawet, pewarna, pengenyal, pemanis, dan semacamnya. Dinas kesehatan secara rutin melakukan pengawasan dan pembinaan.

Menurut pantauan saya, kesadaran pengunjung alun-alun Magetan mulai meningkat dalam menjaga kebersihan. Sebagai test case, saat salat Idul Fitri, para pengunjung dengan kesadaran sendiri membawa kembali alas yang dipakai. Sampah tidak sebanyak seperti sebelumnya.

Pedestrian Pasar Baru dan alun-alun mulai ramai digunakan pejalan kaki. Dengan wajah barunya, Pasar Baru mulai menarik pengunjung. Jembatan Kali Gandong yang dulunya seram dan gelap kini terang. Lampu hias sengaja dipasang agar ramah bagi pejalan kaki. Banyak trotoar telah diperbaiki untuk para pejalan kaki.

Baca Juga :  Work from Home

Konsep integrasi Pasar Baru dan alun-alun mulai terlihat. Pemkab berencana menambah jembatan gantung yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Juga akan dibangun sentra kuliner yang lebih representatif.

Sarangan yang menjadi ikon Magetan dipadati pengunjung. Bahkan, di hari raya, setelah salat Idul Fitri, ada sekitar 8 ribu pengunjung. Besoknya sekitar 10 ribu pengunjung. Di hari ketiga tembus 15 ribu pengunjung. Sistem buka tutup terpaksa dilakukan guna menjaga kenyamanan pengunjung dan menertibkan prokes.

Pelaku usaha wisata juga mendapat berkah. Jumlah perahu di telaga ada 53. Satu perahu bisa membawa penumpang berkeliling sebanyak 15 kali dalam sehari. Demikian pula jasa penyewaan kuda yang jumlahnya ada 61 ekor. Rata-rata bisa membawa wisatawan berkeliling sebanyak 10 kali sehari. Belum penjual sate kelinci, warung, hotel, dan yang lain. Saya sudah mengingatkan agar semua pelaku usaha wisata menjadi tuan rumah yang baik.

Sentra produk kulit di Jalan Sawo juga dipadati pengunjung. Tempat-tempat kuliner yang khas tidak ada yang sepi. Semua pemudik rindu kampung halaman. Rindu orang tua, sanak keluarga, teman-teman, juga kulinernya. Di hari raya ini, semua orang mengganti status di media sosialnya.

Semua tempat menjadi ramai. Bahkan, pasar tradisional yang biasanya relatif sepi mulai dipadati pengunjung. Konsekuensinya, permintaan naik. Sesuai hukum ekonomi, bila stok barang tetap sedangkan permintaan naik, maka harga ikut naik. Namun, terpantau masih sangat wajar.

Indikator lain dari banyaknya pemudik di Magetan adalah kenaikan konsumsi air PDAM. Dimulai sepekan sebelum Lebaran. Di hari raya, beberapa orang mengeluhkan aliran air dari PDAM mulai berkurang. Bahkan, di beberapa tempat sampai mati. Setelah ditelusuri direksi PDAM, salah satunya karena peningkatan konsumsi air yang luar biasa. Banyak rumah tangga yang kemudian memenuhi tandon air karena kebutuhan air mereka meningkat.

Sebagai tuan rumah tujuan mudik, kami berusaha maksimal mempersiapkan segala sesuatunya. Agar yang terekam adalah kenangan indah di kampung halaman. Karena kita sadar bahwa perjuangan untuk mudik tidaklah ringan. Sudah menunggu dua tahun, di perjalanan pun harus kena macet luar biasa. Tentu semua berharap kesulitan-kesulitan itu bisa terhapus dengan kebahagiaan. Semua tergambar dari foto dan rekaman yang diunggah di media sosial masing-masing.

Kalimat di warung padang ‘’bila Anda puas beri tahu teman, jika Anda tidak puas beri tahu kami” tepat disampaikan kepada pemudik. Mereka telah ikut membantu membangkitkan ekonomi daerah. Sepantasnya mendapat pelayanan yang baik. Kepada seluruh warga Magetan, tak lupa saya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin. ***(naz/c1)

Most Read

Artikel Terbaru