Dalam setahun setidaknya saya akan berkunjung di satu kelurahan sebanyak enam kali. Salah satunya, sedang berlangsung dalam minggu ini. Ya, saya berkeliling dari kelurahan ke kelurahan untuk bertemu warga melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tingkat kelurahan. Sebanyak 27 kelurahan saya datangi. Memang belum selesai. Memang masih berjalan. Setiap hari, termasuk Sabtu dan Minggu. Seperti Minggu kemarin (16/1) saya di Kelurahan Manisrejo dan Josenan. Saya menyebutnya sebagai belanja masalah di tingkat kelurahan.
Sengaja saya pantau langsung jalannya musrenbang itu sejak dari kelurahan. Memang musrenbang ini untuk pembangunan tahun anggaran 2023 mendatang. Saya ingin apa yang menjadi keinginan masyarakat langsung tersolusikan. Kalau bisa diikutkan program tahun ini, ya langsung saja dikerjakan dan tidak perlu masuk usulan. Kalau memang tidak memungkinkan, ya segera saja diputuskan untuk diganti. Jadi, tidak perlu ditunggu-tunggu realisasinya. Saya tidak ingin ada keluhan, sudah diusulkan sejak beberapa tahun tapi belum juga dikerjakan. Kalau memang tidak penting, langsung saya putuskan untuk diganti dengan usulan lain.
Usulan masyarakat memang beragam. Seperti ada yang mengusulkan pengaspalan jalan gang. Padahal, jalan sudah dipaving. Langsung saya minta untuk diganti usulan yang lain. Jelas itu mubazir. Lebih baik anggaran digunakan untuk yang benar-benar mendesak. Misalnya, jalan gang yang masih berupa tanah. Saya temukan itu di Kelurahan Pilangbango. Langsung saya minta untuk dikerjakan tahun ini. Tidak perlu menunggu tahun depan. Tidak boleh ada jalan yang masih berupa tanah di Kota Madiun. Kalaupun ada, kemungkinan besar itu bukan aset pemerintah daerah.
Ada juga yang mengusulkan pembangunan aula pertemuan RT. Itu juga saya tolak, karena RT yang bersangkutan tidak jauh dari kantor kelurahan. Kalau tidak, bisa memanfaatkan Lapak UMKM kelurahan. Setiap kelurahan sudah punya lapak UMKM. Salah satu fungsinya memang untuk kegiatan pertemuan warga. Lebih baik itu dioptimalkan daripada membangun baru. Toh, tidak sepadan dengan pemanfaatannya. Pertemuan RT paling tidak lebih dari lima kali sebulan. Belum nanti perawatannya.
Perawatan memang menjadi masalah klasik sejak dulu. Masyarakat maunya perawatan juga ikut pemerintah. Padahal tidak begitu seharusnya. Pemerintah sudah berupaya mewujudkan keinginan masyarakat. Masyarakat sudah seharusnya ikut berperan menjaga dan merawatnya. Jangan malah dibiarkan. Kalau seperti itu, masyarakat sejatinya tidak terlalu membutuhkan. Sering saya jumpai tanaman-tanaman di ruang terbuka hijau (RTH) yang mati tidak terawat. Jangankan memupuk, menyirami saja enggan. Saya tidak ingin seperti itu.
Karenanya, pemanfaatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) wajib tanaman produktif. Baik itu sayuran maupun buah. Kalau hanya tanaman bunga untuk keindahan, tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, tanaman akan terawat jika menghasilkan untuk warga. Paling tidak, warga ingin tanaman itu terus menghasilkan. Bisa dipetik dan dinikmati hasilnya. Ini memang bukan perkara besar. Tetapi memang saya perhatikan. Demi kota ini. Demi penggunaan uang negara yang bermanfaat, efektif, dan efisien.
Musrenbang harus menghasilkan satu rencana pembangunan yang efektif-efisien. Karenanya, setiap usulan saya teliti benar. Saya ingin usulan kecil-kecil di masyarakat habis pada 2023 nanti. Musrenbang tahun depan sudah tidak ada usulan pembangunan skala kecil. Tahun anggaran 2024 tinggal pengoptimalan hasil pembangunan. Misalnya, usulan alat musik untuk meramaikan keberadaan lapak. Usulan menggelar pertunjukan seni-budaya atau bahkan mengundang artis sekalipun. Tidak ada lagi usulan pembangunan jalan, saluran, lampu penerangan, atau yang lainnya. Semua sudah kita habiskan dalam usulan musrenbang tahun ini.
Masyarakat yang masih ingin mengusulkan tidak perlu khawatir. Seperti yang saya bilang di awal, setidaknya saya akan berkunjung enam kali dalam setahun di tiap kelurahan. Setelah musrenbang akan ada cangkrukan, bersamaan puasa ada Safari Ramadan. Nanti juga ada waktunya tersendiri untuk karang taruna. Prinsipnya, saya ingin keluhan masyarakat habis di tahun ini dan tahun depan. Masyarakat sudah tidak ada lagi yang diusulkan. Karenanya, saya perbanyak turun ke bawah untuk belanja masalah. (penulis adalah Wali Kota Madiun Maidi)