Jawa Pos Radar Madiun – Menjelang waktu berbuka, warga Saudi Arabia berlomba-lomba sedekah berupa kurma, roti, cokelat, jus, teh, dan kopi kepada jemaah umrah. Tidak hanya di dalam Masjidilharam, tapi juga di luar. Bahkan, di jalan-jalan pun banyak. Berikut catatan H SOENARWOTO, pimpinan Ladima Tour & Travel.
Alhamdulillah, Bisa Salat Tarawih di Masjidilharam
JUMAT (1/4) sore. Beberapa jemaah Ladima gembira. Menyusul informasi pemerintah Saudi Arabia menetapkan 1 Ramadan 1443 H jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Atau sehari lebih awal dibanding penetapan pemerintah Indonesia, yakni Minggu, 3 April 2022.
Di Indonesia pun terjadi perbedaan. Ada yang tanggal 2 April dan ada pula yang tanggal 3 April. Tak mengapa. Dulu, penetapan Ramadan juga pernah berbeda. Keduanya sama-sama memiliki dasar. Sejatinya, perbedaan itu adalah rahmat-Nya. Harmoni perbedaan.
Penetapan 1 Ramadan pemerintah Saudi Arabia pun diikuti semua warganya. Bahkan, semua jemaah dari mancanegara, termasuk Indonesia, juga ikut awal puasa pada Sabtu (2/4). Kendati, warga ormas yang menetapkan puasa pada Minggu (3/4).
‘’Kalau di tanah air, saya tentu akan mulai puasa pada hari Minggu. Karena saya sekarang sedang di Tanah Suci, tentu saya harus hormati dan ikuti pemerintah Saudi Arabia yang mulai puasa hari Sabtu,’’ kata sejumlah jemaah.
Apalagi, selama Ramadan restoran dan hotel tutup. Tidak menyediakan sarapan dan makan siang bagi jemaah. Hanya makan untuk berbuka dan sahur. ‘’Kalau nggak puasa hari Sabtu, nanti sarapan dan makan siangnya di mana? Daripada bingung, mending ikut puasa saja,’’ imbuhnya.
Sebagian jemaah khawatir tidak kuat puasa saat di Makkah. Sebab, waktunya lebih panjang dibanding di Indonesia. Cuaca di Makkah juga sangat panas. Ternyata, kekhawatiran itu tak menjadi kenyataan. Justru sebaliknya, waktu terasa singkat dan nikmat.
‘’Saat puasa di Tanah Suci ternyata terasa singkat. Dengan mengerjakan salat lima waktu, salat sunah, zikir, baca Alquran, dan berdoa di Masjidilharam tahu-tahu sudah sore menjelang azan magrib,’’ ujar Widodo, pemilik Warung Surya Alam Ponorogo.
Suasana puasa Ramadan juga lebih kental kepedulian terhadap sesama. Menjelang waktu berbuka, warga Saudi Arabia ramai-ramai bersedekah berupa kurma, roti, cokelat, jus, teh, dan kopi kepada jemaah umrah. Tak hanya di dalam Masjidilharam, tapi juga di halaman. Bahkan di jalanan, khususnya jalan menuju Masjidilharam.
Berlomba bersedekah kepada jemaah itu tak hanya menjelang berbuka, pun saat menjelang sahur. ‘’Saat di Tanah Suci, jemaah tak perlu khawatir tak bisa makan untuk buka dan sahur. Di Makkah dan Madinah saat berbuka dan sahur sangat berlimpah makanan dan minuman,’’ tuturnya.
Sri Dewining, pemilik Catering Naura Kota Madiun, sangat terkesan bisa bertemu bulan Ramadan di Tanah Suci. Sungguh nikmat, tenang, tenteram, dan hati terasa dekat Allah SWT. Perjalanan spiritual itu yang memikat hati pada Tanah Suci.
‘’Saya sering menangis. Tangis syukur dan bahagia bisa bertemu Ramadan di Tanah Suci. Senang bisa ikut salat Tarawih di Masjidilharam. Meski bacaan surahnya panjang-panjang, tapi nikmat mendengarnya. Apalagi jika sudah salat witir, imam baca doa kunut yang panjang itu, saya tak bisa membendung air mata. Penuh keharuan yang mendalam,’’ aku Sri Dewining seraya berharap ingin umrah lagi: Umrah Ramadan. ***(sat/c1)