‘’Kendalanya SDM, karena guru bahasa Jawa itu terbatas secara kuantitas. Kemudian juga terkait pengembangan kompetensinya.’’ Gatot Gunarso, Kepala Bakorwil I Madiun
================
MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Efek globalisasi memberi paradigma baru pada penguasaan bahasa Jawa. Implementasi nilai pendidikan karakter lewat bahasa Jawa kromo inggil di kalangan milenial mulai luntur. ‘’Sekarang ini, pelajar dari Jawa tidak memahami penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari,’’ kata Kepala Bakorwil I Madiun Gatot Gunarso Selasa (8/10).
Pemprov Jatim, lanjut dia, sebenarnya sudah memperkuat pembelajaran bahasa Jawa di SMA/SMK dengan menerbitkan peraturan gubernur (pergub). Hanya, pelaksanaannya belum optimal karena jumlah guru mata pelajaran (mapel) bahasa Jawa masih minim. Menurut Gatot, mapel itu masih diampu guru bidang studi lain. ‘’Di beberapa sekolah banyak guru pendidikan kewarganegaraan merangkap mapel bahasa Jawa,’’ ujarnya.
Kondisi itu diperparah masih sedikitnya bahan ajar bahasa Jawa. Gatot pun mendorong para guru untuk menulis buku bahasa Jawa. Di daerah lingkup Bakorwil I Madiun, baru Pacitan yang melakukan hal tersebut. ‘’Kendalanya SDM, karena guru bahasa Jawa itu terbatas secara kuantitas. Kemudian juga terkait pengembangan kompetensinya,’’ ungkap Gatot.
Dia berharap makin banyak diskusi mengenai bahasa Jawa ke depan. Terutama di kalangan para guru. Sehingga, kompetensi guru makin meningkat. Dia juga minta cabdindik di seluruh Bakorwil I Madiun mengoptimalkan muatan lokal bahasa Jawa dalam pembelajaran di sekolah. ‘’Dengan demikian, budaya Jawa bisa diuri-uri dan dikembangkan,’’ tuturnya.
Selain itu, lanjut Gatot, bahasa Jawa diklaim mampu meningkatkan pendidikan karakter dan etika siswa. Dia kemudian menyarankan cabdindik melatih guru serumpun yang memiliki jam pelajaran minim. Misalnya, bahasa Indonesia dan bahasa asing lain. ‘’Jadi, ini terkait juga dengan pendidikan kultural,’’ tandasnya. (her/c1/sat)