NGAWI – Dampak kekeringan di wilayah Ngawi bisa jadi saat ini merupakan puncak-puncaknya. Setidaknya, BPBD setempat mencatat sedikitnya 42.466 kepala keluarga (KK) mengalami krisis air bersih. Puluhan ribu KK tersebut tersebar di 30 desa pada delapan kecamatan (selengkapnya lihat grafis).
Namun, fakta di lapangan jumlahnya dimungkinkan lebih dari itu. Pasalnya, pada awal pengajuan bantuan kekeringan, BPBD mendaftarkan 45 desa. ‘’Tapi, yang disetujui cuma 30 desa,’’ ungkap Kasi Kedaruratan BPBD Ngawi Alfian Yoyok, Jumat (14/9).
Alfian menuturkan, pihaknya saat ini hanya berfokus melaksanakan dropping air dari satu desa ke desa lain secara bergiliran setiap hari. Namun, sejumlah kendala membuat distribusi terlambat mencapai lokasi sasaran. ‘’Seperti yang dikatakan pimpinan, sementara ini kekeringan di Ngawi masih bisa ter-cover,’’ ujarnya sembari menyebut 30 desa itu masuk kategori kekeringan kritis.
Diberitakan sebelumnya, BPBD Ngawi mengklaim masih bisa meng-cover dampak kekeringan bagi 30 desa berstatus kekeringan kritis. Hanya, terdapat kendala yang mengakibatkan keterlambatan pengiriman bantuan. Kendati demikian, fakta di lapangan menunjukkan kondisi yang berbeda. Dusun Ngrawong, Desa Cantel, Pitu, misalnya, sama sekali belum mendapat bantuan air bersih selama lima bulan kekeringan. Sementara, ada 15 desa yang terpangkas dari pengajuan awal bantuan jauh hari sebelumnya. (mg8/isd)