MEJAYAN – Eka Narotama, 28, langsung teringat Siti Wasiah, neneknya. Saat mendengar suara dentuman dari rumah neneknya yang tinggal sendirian di sebelahnya, Sabtu malam (21/9).
Dentuman sekitar pukul 23.30 itu diikuti kobaran api yang bermula dari gudang penyimpanan kayu. Dengan tertatih, nenek 91 tahun itu berupaya menyirami api dengan air di gayung. Namun, kobaran api telanjur membesar. Tak bisa dipadamkan seorang diri. Tanpa pikir panjang lagi, Eka bergegas mendobrak pintu rumah dan menggendong neneknya keluar dari kobaran api. ‘’Api telanjur membesar. Simbah langsung dibopong keluar oleh keponakan saya,’’ kata Samsudin, anak Siti Wasiah.
Rumah itu berukuran 15×8 meter. Terbagi empat ruang untuk tempat tinggal, kandang sapi, kandang ayam, dan gudang kayu. Besarnya kobaran api meratakan seluruh bangunan rumah tanpa terkecuali. ‘’Dua dari tiga ekor sapi mati terbakar,’’ ujar pria 53 tahun itu.
Warga tak dapat memberikan pertolongan banyak. Tidak ada sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk pemadaman di tengah malam tersebut. Kobaran api baru berhasil dipadamkan setelah dua jam. ‘’Perhiasan, dua unit mesin diesel, perabotan, dan enam karung beras ikut terbakar,’’ tuturnya.
Hingga Minggu siang (22/9), anak cucu masih berupaya mengais barang berharga di puing rumah Siti Wasiah. Sebab, perhiasan yang ikut terbakar merupakan kenang-kenangan semasa simbah menikah. ‘’Tak ada korban jiwa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 60 juta,’’ imbuh Kapolsek Mejayan Kompol Pujiyono. (c1/djo/fin)