25.3 C
Madiun
Wednesday, March 29, 2023

Kemarau, Warga Kais Sumber Air di Tengah Hutan

NGAWI – Warga Ngladok, Cantel, Pitu, harus menebus jarak ratusan meter dari rumahnya demi mengais air bersih. Setelah beberapa sumber mata air di wilayah mereka mengering akibat kemarau sebulan terakhir. ‘’Airnya masih keluar tapi kecil. Nggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,’’ keluh Suparlan, kades Cantel, Rabu (29/8).

Kepada Radar Ngawi, Suparlan mengungkapkan bahwa sejatinya ada dua dusun yang krisis air di desanya. Selain Ngladok, juga Ngrowo. Namun, krisis air di Ngrowo sudah tersolusikan bantuan pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat). ‘’Tapi di Ngrowo, sebagian warga masih kesulitan,’’ ujarnya.

Namun, tidak separah Dusun Ngladok yang dampaknya dirasakan kurang lebih 180 kepala keluarga (KK) dengan total 450-an jiwa. Saking sulitnya, warga di dusun itu sampai harus mengais sumber mata air di tengah hutan jati sekitar 500 meter dari permukiman. ‘’Sumbernya masih ada, tapi kalau yang menggunakan sedusun, nggak cukup,’’ ungkap Suparlan.

Kades dua periode itu mengaku sudah berupaya mengajukan bantuan air bersih kepada BPBD dan PDAM setempat. Namun, hingga kemarin baru bantuan air bersih dari PDAM yang sudah dikirim. ‘’Kami juga dapat tawaran dari relawan, tapi juga belum jelas kapan dikirim,’’ tuturnya.

Bantuan yang telah dikirimkan itu tak lantas membuat warga terdampak tenang. Berdasarkan pengalaman, intensitas batuan tak bisa dipastikan. Kadang dikirim sehari dua kali. Terkadang tak disuplai sampai tiga hari berturut-turut. ‘’Sebenarnya kami telah menyediakan beberapa penampungan air. Sehingga begitu bantuan datang, setiap saat bisa ditampung,’’ terangnya.

Baca Juga :  Fungsi CFD Tak Jalan, Nitizen Curhat di Medsos

Beruntung sebagian wilayah di Cantel masih terdapat sumber air yang besar. Misalnya di tempat Suparlan yang airnya masih keluar meski di puncak kemarau sekarang ini. Jika pun keluhan warga tak kunjung tersolusikan, Suparlan siap mengupayakan droping air dari sumurnya sendiri. Dia sengaja mendesain dump truck miliknya untuk mengangkut empat tangki berkapasitas 1.000 literan. ‘’Tapi kami pilih menunggu terlebih dahulu. Karena sudah dijanjikan kiriman bantuan,’’ tegasnya.

Wati, salah seorang warga setempat, membenarkan jika sekarang warga mulai kesusahan mendapatkan air bersih. Air dari sumur hanya cukup untuk diminum. Untuk mencukupi kebutuhan lainnya, warga terpaksa mengambilnya di sendang yang jaraknya ratusan meter dari permukiman. Itu pun harus mengantre dengan warga lain yang sama-sama butuhnya. ‘’Kalau ditanya ya pasti sangat berharap ada bantuan dari pemerintah,’’ ungkapnya.

BPBD mencatat, Cantel termasuk salah satu desa yang setiap tahunnya dilanda kekeringan. Selain 35 desa lain yang kondisinya hampir sama. Sembilan desa di antaranya dari Kecamatan Pitu. Hingga berita ini ditulis belum ada konfirmasi dari BPBD Ngawi terkait kepastian droping air. Terakhir, jawaban yang diterima koran ini soal kendala pengiriman air ke daerah rawan kekeringan masih menanti terbitnya SK dari bupati. (tif/c1/fin)

 

 

NGAWI – Warga Ngladok, Cantel, Pitu, harus menebus jarak ratusan meter dari rumahnya demi mengais air bersih. Setelah beberapa sumber mata air di wilayah mereka mengering akibat kemarau sebulan terakhir. ‘’Airnya masih keluar tapi kecil. Nggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,’’ keluh Suparlan, kades Cantel, Rabu (29/8).

Kepada Radar Ngawi, Suparlan mengungkapkan bahwa sejatinya ada dua dusun yang krisis air di desanya. Selain Ngladok, juga Ngrowo. Namun, krisis air di Ngrowo sudah tersolusikan bantuan pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat). ‘’Tapi di Ngrowo, sebagian warga masih kesulitan,’’ ujarnya.

Namun, tidak separah Dusun Ngladok yang dampaknya dirasakan kurang lebih 180 kepala keluarga (KK) dengan total 450-an jiwa. Saking sulitnya, warga di dusun itu sampai harus mengais sumber mata air di tengah hutan jati sekitar 500 meter dari permukiman. ‘’Sumbernya masih ada, tapi kalau yang menggunakan sedusun, nggak cukup,’’ ungkap Suparlan.

Kades dua periode itu mengaku sudah berupaya mengajukan bantuan air bersih kepada BPBD dan PDAM setempat. Namun, hingga kemarin baru bantuan air bersih dari PDAM yang sudah dikirim. ‘’Kami juga dapat tawaran dari relawan, tapi juga belum jelas kapan dikirim,’’ tuturnya.

Bantuan yang telah dikirimkan itu tak lantas membuat warga terdampak tenang. Berdasarkan pengalaman, intensitas batuan tak bisa dipastikan. Kadang dikirim sehari dua kali. Terkadang tak disuplai sampai tiga hari berturut-turut. ‘’Sebenarnya kami telah menyediakan beberapa penampungan air. Sehingga begitu bantuan datang, setiap saat bisa ditampung,’’ terangnya.

Baca Juga :  Penumpang Rosalia Indah Meninggal di Bus

Beruntung sebagian wilayah di Cantel masih terdapat sumber air yang besar. Misalnya di tempat Suparlan yang airnya masih keluar meski di puncak kemarau sekarang ini. Jika pun keluhan warga tak kunjung tersolusikan, Suparlan siap mengupayakan droping air dari sumurnya sendiri. Dia sengaja mendesain dump truck miliknya untuk mengangkut empat tangki berkapasitas 1.000 literan. ‘’Tapi kami pilih menunggu terlebih dahulu. Karena sudah dijanjikan kiriman bantuan,’’ tegasnya.

Wati, salah seorang warga setempat, membenarkan jika sekarang warga mulai kesusahan mendapatkan air bersih. Air dari sumur hanya cukup untuk diminum. Untuk mencukupi kebutuhan lainnya, warga terpaksa mengambilnya di sendang yang jaraknya ratusan meter dari permukiman. Itu pun harus mengantre dengan warga lain yang sama-sama butuhnya. ‘’Kalau ditanya ya pasti sangat berharap ada bantuan dari pemerintah,’’ ungkapnya.

BPBD mencatat, Cantel termasuk salah satu desa yang setiap tahunnya dilanda kekeringan. Selain 35 desa lain yang kondisinya hampir sama. Sembilan desa di antaranya dari Kecamatan Pitu. Hingga berita ini ditulis belum ada konfirmasi dari BPBD Ngawi terkait kepastian droping air. Terakhir, jawaban yang diterima koran ini soal kendala pengiriman air ke daerah rawan kekeringan masih menanti terbitnya SK dari bupati. (tif/c1/fin)

 

 

Most Read

Artikel Terbaru