Secarik surat pernyataan diteken keluarga BS, bocah sepuluh tahun asal Desa Gulun, Kecamatan Maospati, pada Senin (16/5) lalu. Hanya selang beberapa jam usai siswa kelas III SD itu ditemukan tewas tenggelam di lubang bekas galian pasir dan batu (sirtu) di desa setempat.
Dua insiden kecelakaan air terjadi beruntun dalam dua hari terakhir. Kemarin (17/5) pagi, Sumber, 79, ditemukan tewas mengapung di Dam Jati, Desa Waduk, Kecamatan Takeran. Nenek asal Desa Jomblang, Kecamatan Takeran, itu hilang sejak Senin (16/5) sore.
Nahas dialami oleh Muhammad Gilang Putra Ramadhan. Bocah empat tahun itu tewas tenggelam di Sungai Andong, Dusun Tempel, Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Ngawi pada Rabu (4/5) siang.
Tiada satu pun yang menyangka nenek 70 tahun ini ditemukan tewas di aliran anak Bengawan Solo. Pihak keluarga dan tetangga mengira Rasni sekadar berkeliling, lalu pulang dengan sendirinya ke rumah di Desa Jenggrik, Kedunggalar, Ngawi.
Kasus kecelakaan air di Ngawi terus berulang. Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) mencatat tiga peristiwa orang tewas tenggelam di aliran Bengawan Madiun dan Solo sejak Januari lalu.
Pasangan suami istri yang tinggal di Desa Mangunharjo, Kecamatan/Kabupaten Ngawi, ini berbuka puasa dengan pikiran tidak tenang Rabu (6/4). Hariyanto dan Kofiyati mencemaskan Ahmad Bintang Arvinno, anak bungsunya, yang tidak kunjung pulang sejak pamit ngabuburit.
Warga Desa Watualang, Kecamatan/Kabupaten Ngawi, ini punya insting layaknya detektif. Suparlan, 50, mampu menengarai hilangnya Warijo, tetangganya, dengan petunjuk jejak kakinya pada Senin (28/3).
Bocah itu adalah salah seorang korban yang berhasil diselamatkan warga dalam tragedi perahu terbalik di Bengawan Solo, Rabu (3/11), sekitar pukul 09.00. Tepatnya, di penyeberangan Dusun Gemblo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.